Cegah Penyakit Metabolik, Warga Harus Ubah Gaya Hidup
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2012, sebanyak 17,5 juta orang di dunia meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskular. Menurut Dokter Roy Panusunan Sibarani (Endokrinologis) dari Persatuan Diabetes Indonesia dan Perhimpunan Endokrinologis Indonesia, angka itu 31% dari seluruh angka kematian di dunia.
Sementara lebih dari 70% akibat penyakit kardiovaskular tersebut terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Kawasan Asia Tenggara menonjol dalam hal prevalensi tinggi penyakit jantung koroner bersamaan dengan penyakit diabetes sebesar 29,4% dibanding dengan kawasan yang lain.
"Di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung semakin meningkat sebesar 1,5% pada tahun 2013 dan Jakarta sebagai ibukota negara mempunyai prevalensi lebih tinggi dari prevalensi nasional," kata Roy di RS Murni Teguh Sudirman Jakarta, Jumat (12/7/2019).
Dia menambahkan, penyakit kardiovaskular merupakan ujung akhir dari penyakit metabolik yang tergabung dalam kondisi tidak sehat seperti perut buncit, hipertensi, gangguan pola lemak dan peningkatan kadar gula darah. Umumnya kondisi ini disebabkan karena asupan kalori yang masuk lebih besar dari jumlah kalori yang dipakai.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi tidak sehat ini. Aktivitas fisik olahraga merupakan komponen kunci dari keseimbangan pemakaian energi yang bisa dilakukan.
"Dengan melakukan olahraga teratur atau meningkatkan aktivitas fisik maka akan terjadi perubahan struktur otot, peningkatan jumlah mitokondria pada serabut otot dan pengeluaran banyak hormon penting, menghilangkan resistensi insulin dan juga perlemakan hati," ujar Roy.
Edukasi berkelanjutan dalam modifikasi pola hidup sehat adalah usaha yang harus terus dijalankan sebagai profesional yang bergerak dalam bidang kesehatan. Bukti lapangan suatu usaha observasi yang dilakukan di RS murni Teguh Sudirman Jakarta pada bulan April 2019 bahkan menemukan adanya kasus kematian mendadak yang terjadi pada 3 orang laki-laki di bawah usia 50 tahun sehingga hal ini menguatkan keinginan edukasi berkelanjutan di daerah lokasi berdirinya Rumah Sakit Teguh Sudirman Jakarta, yaitu di daerah kawasan perkantoran Jalan Sudirman Jakarta.
"Untuk itu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta, Persatuan Diabetes Indonesia wilayah Jakarta BBD, Rumah Sakit Murni Teguh Sudirman Jakarta mencanangkan program modifikasi pola hidup sebagai upaya pencegahan metabolik dengan cara melakukan aktivitas olahraga sebelum bekerja di program #orangkantoRUN2019 yang dilakukan tanggal 12 Juli juga hari ulang tahun organisasi persatuan diabetes Indonesia yang ke-33," tutur dia.
Sementara lebih dari 70% akibat penyakit kardiovaskular tersebut terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Kawasan Asia Tenggara menonjol dalam hal prevalensi tinggi penyakit jantung koroner bersamaan dengan penyakit diabetes sebesar 29,4% dibanding dengan kawasan yang lain.
"Di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung semakin meningkat sebesar 1,5% pada tahun 2013 dan Jakarta sebagai ibukota negara mempunyai prevalensi lebih tinggi dari prevalensi nasional," kata Roy di RS Murni Teguh Sudirman Jakarta, Jumat (12/7/2019).
Dia menambahkan, penyakit kardiovaskular merupakan ujung akhir dari penyakit metabolik yang tergabung dalam kondisi tidak sehat seperti perut buncit, hipertensi, gangguan pola lemak dan peningkatan kadar gula darah. Umumnya kondisi ini disebabkan karena asupan kalori yang masuk lebih besar dari jumlah kalori yang dipakai.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi tidak sehat ini. Aktivitas fisik olahraga merupakan komponen kunci dari keseimbangan pemakaian energi yang bisa dilakukan.
"Dengan melakukan olahraga teratur atau meningkatkan aktivitas fisik maka akan terjadi perubahan struktur otot, peningkatan jumlah mitokondria pada serabut otot dan pengeluaran banyak hormon penting, menghilangkan resistensi insulin dan juga perlemakan hati," ujar Roy.
Edukasi berkelanjutan dalam modifikasi pola hidup sehat adalah usaha yang harus terus dijalankan sebagai profesional yang bergerak dalam bidang kesehatan. Bukti lapangan suatu usaha observasi yang dilakukan di RS murni Teguh Sudirman Jakarta pada bulan April 2019 bahkan menemukan adanya kasus kematian mendadak yang terjadi pada 3 orang laki-laki di bawah usia 50 tahun sehingga hal ini menguatkan keinginan edukasi berkelanjutan di daerah lokasi berdirinya Rumah Sakit Teguh Sudirman Jakarta, yaitu di daerah kawasan perkantoran Jalan Sudirman Jakarta.
"Untuk itu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta, Persatuan Diabetes Indonesia wilayah Jakarta BBD, Rumah Sakit Murni Teguh Sudirman Jakarta mencanangkan program modifikasi pola hidup sebagai upaya pencegahan metabolik dengan cara melakukan aktivitas olahraga sebelum bekerja di program #orangkantoRUN2019 yang dilakukan tanggal 12 Juli juga hari ulang tahun organisasi persatuan diabetes Indonesia yang ke-33," tutur dia.
(alv)